Hay teman-teman, selamat datang kembali di Destinasi Kita, pada artikel kali ini kalian akan membaca cerita perjalanan ke salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia, yup sesuai dengan judul “Raja Ampat”.
Tapi, ini bukan cerita perjalanan aku, melainkan cerita perjalanan temen aku, dan yang nulis juga temen aku, namanya Hani Handayani, yang biasa kita panggil Hani
So, Let’s read it.
Salah satu wishlist tempat yang ingin aku kunjungi, berada di timur Indonesia. Terkenal dengan keindahan pemandangan bawah lautnya yang mendunia. Iya, Raja Ampat, tapi seperti yang kalian tahu untuk pergi kesana memerlukan uang yang tidak sedikit.
Cerita ini dimulai dari aku yang menjadi member sebuah komunitas traveling di Jakarta yang sangat produktif mengadakan share cost trip dengan harga yang sangat terjangkau ke berbagai destinasi indah di seluruh Indonesia. Saat itu November 2019 ada Launching Trip ke Misool, Raja Ampat, ini merupakan kesempatan emas banget yang ga boleh aku lewatin.
Setelah berdiskusi dan mengajak seorang temen bernama Nida yang akhirnya setuju untuk ikut, kami langsung membayar uang muka sebagai bukti keseriusan kami akan trip tersebut. Sharecost-nya hanya sekitar 2,3 jutaan, sangat murah jika dibandingkan dengan harga Open Trip atau menggunakan Private Trip. Yah walaupun itu belum termasuk pesawat.
Salah satu PR yang cukup bikin hati ini ngeri-ngeri sedap adalah masalah pesawat, karena harga tiket pesawat Jakarta-Sorong yang tidak murah, rata-rata berkisar diatas 5 jutaan PP, serta kuota yang terbatas membuat kami bener-bener mesti memperhatikan schedule pemberangkatan dengan baik, jangan sampai udah DP malah ga dapet pesawat, kan kacau.
Trip yang kami ikutin ini berlangsung dari tanggal 6-10 Maret 2020, dan mesti daftar dari November 2019, yah masih ada waktu 4 bulan lah untuk mempersiapkan segala hal. Perencanaan keuangan saat akan berlibur sangat penting bagi aku, jadi selama waktu 4 bulan itu, aku gunain untuk berhemat guna mengganti cost liburan yang keluar cukup banyak dari tabungan. Aku punya prinsip, ga boleh sama sekali berhutang untuk travelling agar setelah pulang pun aku bisa hidup dengan gaya hidup yang biasanya.
Anw, singkat cerita hari yang aku tunggu-tunggu selama 4 bulan ini tiba, saat itu berita COVID masuk Indonesia
sudah ada, tapi semuanya masih normal. Bandara normal, tidak ada keharusan
menggunakan masker, cek suhu tubuh, jaga jarak dan sebagainya. Mungkin itu
adalah Traveling terakhir aku yang benar-benar “Normal” sebelum wabah COVID
menerjang. Yes, ini adalah salah satu keputusan terbaik aku.
Berangkat !!!
Aku berangkat menuju Bandara Sorong
dari Soekarno Hatta pada malam hari dengan menggunakan pesawat Air Asia (Oh
iya, aku dapet harga promo menjadi 4,2juta PP).
Awalnya semua berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya aku sadar kamera
Canon yang aku bawa, ternyata eror, Panik ga? Ya Gila panik banget lah.
Kebayang lo bakal pergi ke salah satu
destinasi terindah di Indonesia bahkan dunia tapi lo ga bawa alat buat
dokumentasiin! HP sih ada, tapi ya gitu, ga proper banget, minta tolong
temen-temen sih pasti bisa, tapikan mereka juga mau liburan dong masa iya
kamera mereka isinya foto orang, mereka
mau menikmati liburan juga kali.
Well untungnya di Bandara Soeta
sebelum kami terbang, ada PC yang bisa dipakai untuk mengecek kartu memori, dan aku bersyukur banget ternyata yang eror itu adalah kartu memorinya aja, sehingga
bisa di format saat itu juga, yey masalah selesai.
Kami sampai pagi harinya di bandara
Dominique Eduardo Sorong dengan hati yang begitu bagaia, itu adalah pertama
kalinya aku menginjakan kaki di tanah Papua btw, rasanya seperti mimpi aja
gitu, aku bisa ada di Papua, tepatnya Papua Barat.
Kami sampai di Papua itu hari Jum’at,
karena mengejar fery ke Raja Ampat yang hanya beroperasi seminggu 2 kali, yaitu
Selasa dan Jumat. Dari bandara kami langsung menuju pelabuhan Rakyat Sorong
untuk kemudian menuju ke Misool.
Raja Ampat sendiri memiliki beberapa
gugusan pulau yang ditempati warga, Ibu kotanya sendiri adalah Waisai, tapi
tujuan kami tidak kesana melainkan ke Misool. Karena secara geografis letak
Misool lebih dekat ke Pulau Seram Maluku, sehingga di wilayah Misool lebih
banyak populasi muslim dan banyak berdiri masjid.
So, untuk temen-temen yang kebetulan
beragama muslim kaya aku, disini kita bisa banget nemuin tempat beribadah.
Perjalanan Pertama – Bermain di Geosite
Kami mengunjungi beberapa Geosite
yang ada di Misool, tentunya yang paling ikonik adalah puncak Love besar di
Geosite Karawapop. Banyak geosite yang berada di Raja Ampat. Tempat-tempat
seperti puncak love besar, puncak love kecil, bukit harfat yang dari atas kita
bisa melihat gugusan pulau yang indah dengan gradasi biru laut yang
spektakuler, balbullol laguna yang dikelilingi karst yang menjulang tinggi.
Setelah itu kami berlanjut untuk
menikmati pesona bawah laut Raja Ampat yang sangat disayangkan jika dilewatkan.
Banyak spot diving atau snorkeling di Misool. Tetapi untuk melihat keindahan
bawah laut Raja Ampat kalian butuh skill yang cukup baik atau setidaknya kalian
harus memiliki guide atau teman perjalanan yang dapat memback up ketika di
laut.
Perjalanan Kedua – Di Seret di Perairan Gamfi
Arus di perairan Raja Ampat cukup
kencang. Masih teringat saat itu di kapal kecil grup aku tuh hanya ada 3
pelampung, jadi cuma ada 3 orang yang bisa turun di sekitaran perairan Gamfi. Aku tentu aja tidak mau melewatkan kesempatan itu dong, walau arusnya kencang banget
dan banyak sekali karst di perairan Gamfi aku tetep pengen turun. Untungnya, ada
teman aku yang memang jago berenang bersedia menyeret-nyeret aku diperairan itu
sambil membawa tali yang telah terikat dengan kapal sehingga jauh lebih aman.
Aku juga di infokan untuk tetap
melihat kebawah Ketika diseret itu, daaaaaaaaaaan alhasil aku bisa melihat
keindahan bawah laut yang luar biasa yang baru satu kali ini aku lihat seumur
hidup.
Cantik banget, anemone laut berwarna warni bahkan ada yang warnanya menyala, karang-karang yang beragam dan sehat, ikan yang banyak dan menggemaskan. Ahkkkkkkkk, Entahlah kayak apa ini harus aku gambarkan, intinya ini ga akan bisa aku lupain.
Perjalanan Ketiga – Berburu Tanda Telapak Tangan
Diperjalanan ini aku juga mau bercerita
tentang gua telapak tangan yang ada di Misool. Aku pernah membaca ini
sebelumnya di majalah National Geographic. Saat itu aku terheran-heran ko bisa
ada tanda telapak tangan manusia setinggi itu di dalam gua.
Dan sekarang, aku melihatnya secara langsung dengan rasa kagum
yang tak terbendung, kepada peninggalan kuno tersebut. Entah sudah berapa ribu
tahun itu terbentuk dan bagaimana nenek moyang jaman dulu bisa membuat itu
menjadi sebuah peninggalan yang mengagumkan.
Perjalanan Keempat – Lafadz Allah di Mulut Gua
Selain itu ada pula Gua Keramat yang
terdapat lafadz Allah di mulut gua nya. Pada serambi gua terdapat dua makam orang yang
pertama kali menyebarkan agama Islam di Kepulauan Misool.
Memasuki
gua tersebut memang terasa sakral tapi bukan berarti mengalahkan keindahannya.
Terdapat stalaktit yang indah lalu dibawahnya ada danau yang mengalir air yang
dingin nan segar. Kitapun bisa berenang disana dengan tetap bersikap sopan dan
menghargai budaya yang ada.
Perjalanan Kelima – Danau Lenmakana
Terakhir aku akan sedikit menceritakan mengenai Danau Lenmakana. Yup, salah satu danau
ubur-ubur yang tak bersengat di Indonesia yang berada di Misool.
Perjalanan
menuju Lenmakana adalah salah satu yang terekstrim menurut aku, selama di Raja
Ampat. Sebelum kesana kami berangkat dari Gamfi yang arusnya kencang tadi, ditambah
dengan datangnnya badai secara tiba-tiba menerjang kami.
Jujur
saat itu kami semua cukup panik dan hanya bisa berdoa dan pasrah.
Terombang-ambing ditengah lautan dengan kapal yang kecil dengan badai yang
besar.
Tapi
akhirnya, lagu badai pasti berlalu seakan membuktikan kebenarannya, kami sampai
ke Lenmakana dengan selamat.
Awalnya aku fikir dengan sampai ke Lenmakan kami sudah bisa menikmati segala
pemandangan yang ada, tetapi tidak, ternyata perjalanan baru saja dimulai.
Lenmakana
tidak seperti geosite lain yang sudah difasilitasi dengan tangga kayu, atau
jalan yang cukup bagus.
Kami
harus menaiki medan yang sangat terjal, mungkin hampir 90°
dengan bebatuan karang yang tajam, serta menaiki dan melompati karst.
Berat
banget sih, tapi setelah sampai di danau tersebut, lelah pun terbayar.
Danau yang indah sangat sepi, dengan ribuan ubur-ubur tanpa sengat, seakan semua tetes keringat, badai yang dilalui, uang yang dikeluarkan bagitu sangat terbayarkan untuk pengalaman yang tak ternilai harganya!
Aku udah kesini, lo kapan?
Raja Ampat indah sekali ya.....Kapan2 anterin nongkrong di sana min🤗🤗
ReplyDeleteboleh kak, ayoook gasss
Deleteindahnya harus kesana mudah2an tabungan cukup
ReplyDeleteAmiiin, semangat kak
DeleteBoleh nih gan buat info referensi liburan.... sepertinya tempatnya bagus banget ya
ReplyDeleteBanget, gas keun kak
DeleteSemua org pasti pengen ke sini
ReplyDeleteiya, salah satu tempat terbaik ya kak
Delete